Tersebutlah perkataan Raja Bugis. Raja yang besar-besar di negeri Goa adalah namanya Baginda itu Madu Silat kata setengah pula Madu Silat ia anak tiga orang laki-laki yang pertama nama Pacung yang kedua bernama sendiri Buang Daeng Rilaga yang ketiga Apu Daeng Bias. Maka ketiga-tiga anak raja ini baik rupanya. Apabila Baginda Ayahandanya mangkat diganti oleh putranya yang tua bernama Pacung. Saudaranya yang dua ini akan menggantikan menjadi mentrinya, maka keduanya berpangku bermohon pergi mengembara dahulu melihat termasa dinegeri orang adapun Daeng Bias ini menjadi Kelana. Ianya menyusuplah tanah Jawa berperang bersama Holanda. Melanggar di tanah Jawa maka dijadikan oleh Betawi. Adapun di negeri Betawi Apu sendiri Buang Daeng Rilaga ianya mempunyai lima orang anak laki-laki satu ibu yang satu pula adalah Daeng Celak. Bundanya itu raja Bugis bernama Datuk Pawa dibawa oleh Apu Tandiri Burang Daeng Rilaga. Berlayar bersama-sama dengan Yekatah sebelah Barat, dipanggil orang namanya Daeng Pali mempunyai anak yang pertama bernama Apu Daeng Perani yang kedua bernama Apu Daeng Menambun dan yang tengah bernama Daeng Meriwah yang keempat bernama Apu Daeng Celak yang kelima bernama Apu Daeng Kemasi. Kelima-lima anak raja ini masih remaja belaka. Adapun Daeng Celak dan Daeng Kemasi ini budak sangatlah dikasihani oleh ayahanda bundanya, maka dibawalah barang kemana-mana putra ini yang kelima itu. Apu Daeng Celaklah yang baik parasnya membuat ngirat hati perempuan-perempuan kata yang empunya ceritanya. Maka datang gerak hati Apu Tandiri Burang Daeng Rilaga itu bermain dinegeri orang lain dengan baginda itu masih kaum kerabat. Maka berangkatlah baginda ke negeri Tapa Manah dengan segala mentrinya maka apabila sampai di negeri itu disambut segala orang-orang besar Tapa Mana dibawanya beramu dengan datuk perempuan itu dimuliakan oleh datu perempuan itu betapa adat raja-raja sama raja-raja dengan berjamunya serta diberinya tempat duduk yang patut. Tiada berapa lama mufakatlah segala orang besar-besar Tapa Manah ini hendak disatukan kedua raja ini jadu dua laki-istri karena Datuk Tapa Manah raja perempuan lagi muda remaja putera maka dinikahkan oleh orang besar-besar itu sebagai adat raja-raja. Setahun lamanya mendapat seorang anak perempuan digelarkan nama Datuk Rutaja itulah ganti paduka bundanya menjadi raja Tapa Manah.
Sabtu, 07 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar